pt jannah firdaus logo 1
Jabal Rahmah Bukit Kasih Sayang

Jabal Rahmah

Jabal Rahmah memiliki arti yakni bukit kasih sayang. Disebut demikian karena di sinilah kakek nenek moyang manusia Nabi Adam dan Siti Hawa, dipertemukan oleh Allah yang Maha Penyayang sejak mereka diturunkan dari surga, lalu terpisah selama 200 tahun lamanya.

Letak Jabal Rahmah berada di bagian timur (pinggiran) Padang Arafah, dengan ketinggian 65 m atau 500 m dari permukaan laut. Jaraknya dari Masjid an-Namirah lebih kurang sekitar 1,5 km. Jika di lihat secara kasat mata, Jabal Rahmah hanyalah tugu beton berbentuk persegi panjang setinggi 8 m. Namun lebih dari itu, bukit dengan ketinggian 70 m ini setidaknya telah terjadi 3 persitiwa yang maha dahsyat.

Jabal Rahmah

Jabal Rahmah Bukit Kasih Sayang

Di puncak Jabal Rahmah itulah dikisahkan bahwa sebagai tempat pertemuan indah dan penuh kerinduan antara Nabi Adam dan Siti Hawa. Pada puncak gunung ini dibangun dinding setinggi 57 cm sebagai pagar yang mengelilingi tugu beton berwarna putih sebagai pengingat momuntem tersebut. Karena mengandung nilai sejarah yang tinggi, tempat ini banyak dikunjungi oleh para jemaah dalam acara ziarah di luar ritual ibadah haji.

Saat Adam dan Hawa diturunkan dari surga, keduanya berpisah tempat. Adam di negeri India sedangkan Hawa di Jeddah (yang mana Jeddah artinya nenek) Setelah terpisah selama 200 tahun, akhirnya mereka bertemu di Padang Arafah tepatnya di Jabal Rahmah (yang berarti bukit kasih sayang) Nabi Adam dan Siti Hawa kembali berjumpa dengan membawa berkah bagi seluruh umat manusia.

Keduanya bertemu di Tanah Arafah, tepatnya di Jabal Rahmah ini setelah sekian lama berpisah, ditempat ini mereka diingatkan agar mereka mengakui dosa-dosanya dan memohon ampun kepada Allah. Oleh karena itu, saat wukuf di Arafah Jemaah Haji dianjurkan memperbanyak meminta ampun.

Di kaki bukit inilah, terdapat Shakaharat (batu besar), yakni tempat dimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melakukan wukuf pada Haji wada‘. Kini di atas tapak ini telah di bangun sebuah masjid, yakni di sebelah kanan jalan naik menuju puncaknya, yang jumlah anak tangganya sebanyak 168 buah. Masjid ini bernama Masjid Shakharat.

Menurut Prof. Dr. Hasbi ash-Shiddieqy, orang yang membuat anak tangga itu adalah Muhammad Ibnu Ali as-Suhani pada tahun 559 H. Sungguh pun demikian, wukuf tidak harus di tempat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ini (Shakharat), sebab di mana pun asalkan masih dalam batas wilayah Arafah, wukuf itu sah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda,

“Aku berwukuf di sini (di kaki bukit, Shakharat) dan seluruh Arafah adalah tempat wukuf.” (HR. Ibnu Majah)

Di tempat ini, selain momentum pertemuan indah antara Adam dan Hawa, serta tempat yang menjadi pembenaran atas mimpi Nabi Ibrahim, tempat ini juga merupakan tempat di mana wahyu terakhir bagi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam diturunkan. Dalam suasana wukuf ketika itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memberikan dakwah yang menjelaskan tentang kesempurnaan agama.

Kabar tersebut disambut gembira oleh kaum Muslimin. Namun tidak dengan kedua sahabatnya, Umar bin al-Khaththab dan Sayyidina Abu Bakar. Keduanya justru menangis karena berfirasat akan ditinggalkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.

Kala itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyampaikan kepada kaum Muslimin tentang firman Allah dalam al-Qur’an, yaitu:
Artinya, “….pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kuridhai Islam itu jadi agama bagimu….” (QS. al-Maidah[5]: 3)

Facebook
WhatsApp
Twitter
LinkedIn
Pinterest