Masjid Ghamamah atau Masjid al-Ghamamah merupakan salah satu dari masjid tertua yang ada di Kota Suci Madinah. Masjid ini terletak ± 500 m di arah barat daya dari Masjid Nabawi, tepatnya dari arah pintu as-Salam (Babu as-Salam).
Masjid Ghamamah – Dalam kamus bahasa Arab, “al-Ghamamah” berarti mendung atau awan tebal. Dinamai seperti itu karena ada riwayat yang menyebutkan bahwa di tempat ini awan tebal menutupi kota Madinah pada saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melaksanakan salat Istisqa’, ketika itu kota Madinah memang sedang dilanda kekeringan.
Masjid Ghamamah Madinah Al Munawarrah
Hal ini tepat, karena pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam lokasi masjid ini merupakan alun-alun atau tanah lapang (shahra) yang berada di tengah kota. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memerintahkan kepada semua kaum Muslimin untuk mengikutinya termasuk bagi para wanita yang sedang haid.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan penduduk kota Madinah melaksanakan salat tersebut, namun sebelum rangkaian dari pelaksanaan salat tersebut selesai, datanglah hujan yang membasahi kota Madinah. Dari riwayat lain dikatakan bahwa pada saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyampaikan khutbah, para jemaah gelisah karena terik matahari yang begitu menyengat, kemudian datanglah mendung atau awan tebal yang menutupinya.
Oleh sebab itulah masjid ini dinamai dengan Masjid al-Ghamamah. Dalam riwayat lain pula, dikatakan bahwa setiap Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam selalu melaksanakan salat tersebut di alun-alun ini.
Sejarah Masjid Al Ghamamah
Masjid Ghamamah dibangun pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz sekitar tahun 86-93 Hijrah dan direnovasi oleh Sultan Hasan bin Muhammad bin Qalawan ash-Shalihi pada tahun 1340 selama Sharifate era Makkah.
Kemudian Masjid Ghamamah direnovasi lagi oleh Syarif Saifuddin Inal al-Ala’i pada tahun 1622 dan pada masa Sultan Abdul Majid I pada tahun 1859 selama era Ottoman, dengan menggunakan alat-alat baru dan penampilannya kurang lebih menyerupai bentuk yang serupa.
Setelah itu direnovasi kembali pada masa Sultan Abdul Hamid II dan oleh pemerintah Arab Saudi. Masjid Ghamamah berbentuk persegi panjang dan terbuat dari 2 bagian, yaitu pintu masuk dan ruang salat. Pintu masuk juga berbentuk persegi panjang yang memiliki panjang 26 m dengan lebar 4 m, serta memiliki 5 lingkaran berbentuk kubah yang tergambar pada fasad. Ruang salat memiliki panjang 30 m dengan lebar 15 m serta memiliki 6 kubah berbentuk lingkaran. Kubah terbesar ada di atas Mihrab. Masjid al Ghamamah pernah ditutup untuk jemaah umroh tidak bisa untuk shalat harian karena letaknya yang berdekatan dengan Masjid Nabawi.
Namun saat ini Masjid al Ghamamah telah dibuka kembali bagi Jamaah Umroh yang ingin melaksanakan salat di dalamnya. Saat ini, salat 5 waktu di Masjid Ghamamah menggunakakan mikrofon dengan sistem suara internal, hal ini untuk menghindari benturan suara dari Masjid Nabawi.